Mengawali hasil tulisan ini kita melihat proses Donald Trump terpilih sebagai presiden setelah mengalahkan Hillary Clinton pada pemilu tahun lalu terpilihnya Trump mengagetkan banyak pihak, karena di banyak survey suara Hillary Clinton lebih mendominasi. Namun di balik bilik suara, Trump justru yang menang menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat. Selama masa kampanye dulu Donald Trump pernah berjanji akan melakukan sebuah kebijakan untuk menyokong pemberlakuan aturan keamanan nasional yang lebih ketat dan berjanji akan membuka lapangan pekerjaan di Amerika Serikat. Ia juga mengatakan akan membangun pagar dinding di sepanjangg perbatasan AS-Meksiko untuk menghadang para imigran illegal masuk ke AS.
Semenjak awal menjadi Presiden Donald Trump banyak melakukan kebijakan yang kontroversi di dalam politik Global, seperti yang akan kita jelaskan dalam tulisan ini tentang AS sebagai salah satu Negara besar dalam politik global, The Us, as one of “big power” in world politic, di bawah Pemerintahan Presiden Donald Trump telah memutuskan umtuk menarik diri dari kesepakatan atau komitmen multilateral termasuk the Paris Climate Agreement, Trans-Pacific Partnership, UNESCO, Iran Nuclear Deal, WHO, and UN Human Rights Council. Penulis juga akan mengunakan pendekatan Realism untuk menganalisa kebijakan yang sudah di lakukan Donald Trump tersebut.
Sehingga membuat politik global tergangu dengan kebijakan kontroversi Donald Trump dalam memutuskan perjanjian Iran Nuclear Deal, dikarenakan sebenarnya di masa pemimpin Barack Obama AS menjadi salah satu sebagai anggota Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sendiri awalnya merupakan hasil perundingan diplomatis yang dicapai oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok, Jerman, dan Iran pada tahun 2015. munculnya kesepakatan ini disebabkan oleh tindakan Iran yang menyalahgunakan pengunaan nuklirnya untuk dijadikan sebagai senjata pemusnah massal pada tahun 2011. Nuklir ini memang salah satu senjata yang sangat mematikan di era perang dunia ke II, setelah negara AS menjatuhkan nuklir ke negara jepang atau tepatnya hiroshima dan nagasaki membuat negara jepang tersebut lumpuh, sehingga di waktu itu juga Jepang menyerah dari sekutunya Amerika Serikat.
Dalam pandangan Realism negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional membuat kebijakan di keluarkan oleh Donald Trump sebagai kebijakan untuk membela kepentingan nasional (America First) mengarah pada proteksionis dan kebijakan untuk membangun kembali Amerika (Make America Great Again) mendorong ketegangan diplomatic. Jika memang ini di kaitkan dengan kekuatan sebuah negara maka akan melahirkan sebuah konflik dengan negara lain yang memiliki kekuatan yang sama seperti di jelaskan di bawah ini:
"ia bertentangan dengan kaum realis yang lebih terkenal, Henry Kissinger yang dalam bukunya Does America Need a Foreign Policy?, secara menyakinkan berpendapat bahwa untuk masa depan yang dapat diramalkan ada sedikit atau tidak ada kemungkinan bangsa-bangsa Eropa Barat saling berperang atau berperang melawan Amerika Serikat, tetapi perang jauh lebih memungkinkan di antara negara-negara Asia atau antara Amerika dan kekuatan Asia" (Sempa,2009:90)
Platform kebijakan luar negeri AS punya perhatian besar pada isu keamanan. Seperti diketahui, prioritas kebijakan luar negeri Presiden Donald Trump terdiri dari tiga komponen yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Kebijakan memerangi terorisme khususnya ISIS, 2. Membangun kembali kekuatan Militer, dan 3. Melaksanakan kembali persahabatan. Tiga poin khusus tersebut menjadi sebagai kebijakan prioritas luar negeri Donald Trump, walaupun ada beberapa juga yang menajadi kesalahan yang sangat fatal bagi kebijakan Donald Trump yang memutuskan umtuk menarik diri dari kesepakatan atau komitmen multilateral termasuk the Paris Climate Agreement, Trans-Pacific Partnership, UNESCO, Iran Nuclear Deal, WHO, and UN Human Rights Council. Karena Era Pemerintah sebelum Donald Trump sudah bersusah payah dalam membangun ikatan tersebut.
Seperti halnya dalam penarikan dari Dewan Hak Asasi Manusia (UNHRC), dimana Donald Trump berangapan bahwa Dewan Hak Asasi Manusia bias "Anti Israel" dimana sebenernya itu hanyalah alasan dari Trump karena dukungannya terhadap israel, dan ia juga mendapatkan dukungan dari Israel dan Arab Saudi, kembali lagi untuk kepentingan Amerika Serikat. Apalagi Donald Trump sangat agresif di Timur Tengah khususnya di Palestina sehingga menimbulkan gejolak besar di negara yang ada di Timur Tengah, begitu juga dengan pendekatannya dengan Iran dan beberapa negara lain di Timur Tengah, yang memang mayoritas di sana beragama Islam.
Alistair Johnston (2008) berusaha menunjukkan proses di mana norma-norma dalam hubungan internasional mengubah prilaku negara-negara. Selama periode 1980-2000, China menghadapi sistem yang semakin unipolar, yang di dominasi oleh Amerika Serikat. Pada saat yang sama, China secara tradisional berorientasi kearah Real Politik. Negara tersebut masih memilih untuk berpartisipasi dan bekerja sama dalam organisasi internasional, protokol, dan pakta internasional. Johnston berpendapat bahwa hal ini adalah karena praktik sosialisasi yang melibatkan 'menirukan', 'pengaruh sosial', dan 'persuasi'. Dengan kata lain, proses pembelajaran sosial berlangsung dalam interaksi pembuat kebijakan dari negara-negara yang berbeda.
Selama 4 tahun Donald Trump memimpin sudah banyak gejolak di AS sehingga memberikan dampak ke wilayah kawasan Asia terutama Indonesia dalam hal perdagangan, ada plus dan ada minus. apalagi Indonesia mengharapkan sebuah keseimbangan di laut cina selatan, supaya tidak ada dominasi dalam kekuatan tertentu yang berakibat memberikan kerugian untuk indonesia dan negara yang masuk di zona laut cina selatan tersebut. Rentetan kebijakan Donald Trump selama 4 tahun membuat masyarakat AS sudah kurang percaya dengan kepemimpinannya hingga akhirnya di Pemilu Pemilihan Presiden AS tahun 2020, Donald Trump tidak terpilih kembali melawan sosok Joe Biden seorang politisi senior dari partai Demokrat.
*)Penulis: Jakfar
Kandidat Master Hubungan Internasional
0 Komentar