Sumber foto dari Google |
Tuangkanlah bantahan-bantahan ketidaksetaraan! Teruslah suarakan wahai para aktivis gender! Anda begitu mulia turun ke jalan, berkomentar di ranah publik, sampai mengsosialisasikan tuntutan-tuntutan yang menurut anda benar.
Namun yang harus anda pahami wahai kawan-kawan saya yang selalu berbangga dengan status aktivis gender! pada hakikatnya para perempuan di Indonesia sudah terbiasa dengan pekerjaan domestik, bukan hanya itu, mereka adalah sosok yang paling luar biasa dan berperan penting dalam melahirkan generasi muda.
Jika pertikaian tupoksi subordinasi menjadi sebuah acuan, maka bom perceraian akan tersebar dimana-mana. Benar-benar akan menjadi satu kesatuan penyebab generasi muda hancur akibat keluarga yang tidak harmonis. Tahu bukan kalau keluarga adalah pendidikan yang paling utama untuk anak?
perihal yang dianggap sakral adalah tatanan mindset yang dibangun oleh para aktivis gender cenderung memojokkan pihak laki-laki. Padahal landasan yang kita ketahui adalah budaya yang sudah terbentuk sedemikian rupa dari nenek moyang kita, sudah sangat jelas mengenai tupoksi amanah suami dan istri.
Selama ini, selama konsep kesetaraan gender belum lahir ke muka bumi, tidak ada perlakuan seperti tidak menerima dari kaum perempuan sendiri mengenai tugasnya sebagai seorang istri sekaligus ibu rumah tangga, di Indonesia ya!!
Toh sampe sekarang anda, para perempuan masih punya stereotif bahwa ibu rumah tangga adalah mimpi nyata sesudah menikah nanti, tertanam sangat dalam di alam bawah sadar, di memori ingatan yang tidak akan pernah hilang dari generasi ke generasi.
Bahkan sinetron Dunia Terbalik tidak akan mampu mengubah mimpi itu, sungguh!
Hanya saja, kehadiran konsep kesetaraanlah yang menjadikan persoalan ini runyam. Padahal alam sudah membentuk secara natural apa saja perihal yang seharusnya. Baik pada perempuan maupun pada laki-laki, nah ketika semua itu dirusak, maka keseimbangan di ranah sosial akan terganggu, terjadilah ketidakharmonisan.
Lagian apa yang dimaksud dengan kesetaraan sangat jauh dengan keadilan, ketika kesetaraan itu sudah benar dipikiran anda, belum tentu adil di pikiran para sang istri-istri di luar sana. Bukankah anda tahu sendiri kalau adil itu bukan di ‘sama-ratakan’?
Iya, di luar jangkauan anda para aktivis gender. Yang menurut saya tidak pernah bisa objektif dalam melabelkan gender itu sendiri. kenapa harus kami para lelaki yang selalu di salahkan? Why?
Aceh saja ya..!
Banyak srikandi tangguh yang berawal dari perannya sebagai seorang Ibu rumah tangga, tapi bisa menjadi pejuang, bisa menjadi sosok panutan, bahkan seorang pemimpin kerajaan seperti Sultanah Safiatuddin.
Ada juga Cut Nyak Dien, yang sebelum berjuang mengangkat senjata, beliau menjadi pendorong kemajuan sang suami, dua orang suaminya bisa jadi pejuang yang ulet, tangguh dan ditakuti kolonial. Yakni suami pertamanya Teuku Cek Ibrahim Lamnga dan suami kedua adalah Teuku Umar yang namanya tersohor sampai pelosok negeri.
Siapa dibaliknya?? Sang istri, Ibu rumah tangga yang selalu berperan layaknya Ibu kita di rumah, namun sangat tangguh.
Jelas ‘Pria hebat karena ada wanita tangguh disisinya!’
Dalam Islam Sendiri..!
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita dengan cara paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An- Nisa : 19)
Interpretasi yang tidak lain tidak bukan adalah fakta, kenyataannya dimana islam sendiri menorehkan perempuan itu layaknya ratu yang harus selalu dilayani oleh suami dengan lemah lembut. Bukan main, ini hukumnya lho...!
Nah, sekarang apa salah dengan subkordinasi yang ada? Enggaklah!
Kan murni kasih sayangnya terhadap suami, murni ta’kjim-nya kepada suami, inilah mawaddah wa rahmah keluarga harmonis. Karenanya istri selalu bersedia menyandang berbagai pekerjaan berat, yang aduhai lelah sangat, tidak jarang melebihi kategori pekerjaan lelaki.
Namun kabanyakan mereka menerimanya, dan seiring berjalan waktu, ada kebahagiaan tersendiri dari pekerjaan yang maha.... itu.
Duniaku dan Duniamu
Saya kenal dekat dengan 4 perempuan berstatus aktivis gender, sangat memprihatinkan, sampai kini, mereka masih jomlo, usianya udah puluhan tahun! adakah di sekitar kalian, para perawan tua? Mari nikahi mereka! Jika mereka mau ya...
Nun dipelosok utara Aceh, seorang teman saya yang kerap disapa, kak sur, menghadirkan kekaguman sendiri akan cita-cita yang ingin menjadi Ibu Rumah tangga yang profesional. Yah, ibu-ibu intelek maksudnya. Begitu juga dalam urusan domestik.
Sekarang saja, ulasan kebagiaan hadir dengan bayang-bayang pekerjaan dia sebagai seorang ibu rumah tangga, contohnya mendidik anak, nyiapin menu makanan setiap hari, nyetrika baju suaminya dan lain lain deh. Dia sunggguh bangga mau jadi ibu rumah tangga,, sungguh bangga!
Makanya, carilah istri yang pengertian, dan bisa saling memenuhi kekurang, jangan asal milih..
Kalau mau diperlakukan layaknya pembantu, pilih saja mantan-mantan aktivis gender.....
Itupun jikalau anda mau wahai sobat-sobatku yang jantan........
Nama : Agam Ramadhan
Menulis hanya kiat cepat mencari kunci pembuka Original Life. Penulis lahir di Bandung, 18 Februari 1995. Besar di Pidie, Aceh. Terdaftar sebagai Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Syiah Kuala angkatan 2014. Facebook: Agam Ramadhan (Raider)
0 Komentar