Banda
Aceh (19/05/2016), political Club prodi Ilmu Politik kembali melaksanakan
diskusi rutin di aula lantai perpustakaan Unsyiah dengan tema “Mengidentifikasi
Perlakuan Daerah Operasi Militer, Di Aceh sebagai Penyebab Penurunan
Perekonomian, tema ini sengaja dianggkat mengingat pada bulan mei menurut dari
catatan sejarah merupakan bulan yang begitu yang membekas di dalam benar rakyat
Aceh, dimana pada bulan ini tepat pada tahun 1989 Aceh diberlakukan sebagai
Daerah Operasi Militer.
Aceh dan konflik adalah sesuatu yang
sulit dipisahkan satu sama lain, karena memang sejak lama Aceh sudah akrab
dengan “konflik”, secara de facto
Aceh terakhir berkonflik ialah pada tahun 2005, hal ini kita mengacu ke
dalam perjanjian damai anatara GAM dan RI, yang sepakat berdamai pada tanggal
15 Agustus 2005, maka dari pada itu Aceh tidak pernah lagi melakoni konflik dan
semenjak itu Aceh hanya fokus pada masa transisi saja atau dengan kata lain
hanya fokus di dalam pemulihan daripada dampak-dampak yang dihasilkan oleh
konflik.
“Konflik memiliki peranan di dalam
mendorong pernurunan perekonomian, yang mana di saat konflik meletus , tentu
masyarakat tidak bisa sebarangan di dalam menecari nafkah yang selanjutnya
diimplementasikan lewat kekurangan sandang dan pangan, maka terjadi lah krisis
di Aceh harga barang-barang semakin tinggi dan sulit dijangkau karena
kekurangan stok yang tersedia, belum lagi pihak-pihak investor engan masuk ke
Aceh takut keamanan usahanya terganggu atau juga diganggu oleh pihak berkonflik”,
Ujar Jakfar salah satu dari anggota political club, dalam sela-sela
pemaparannya.
“Sektor pendidikan juga berperan di
dalam peningatan perekonomian, kita lihat saja negara-negara maju hampir
rata-rata pendidikannya sangat bagus, maka ini menunjukkan bahwa pendidikan dan
perekonomian adalah dua hal yang memiliki keterkaitan dan sangat tidak bisa
dipisahkan, bila konflik tentunya disektor pendidikan akan terganggu, hal ini
nyata terjadi konflik bahkan ketika kontak senjata sudah begitu parah maka
besoknya sekolah diliburkan dan masyarakat diungsikan, maka bayangkan saja
bagaimana nasib anak-anak Aceh yang sedang menuntut ilmu, oleh karenanya
pemberlakukan daerah operasi Militer memiliki dampak di dalam penurunan
perekonomian di Aceh, di tambah lagi dengan trauma akut yang dimiliki oleh sebagai
masyarakat Aceh sehingga membuat ia takut terhadap sesuatu yang terlalu
berlebihan” ujar Munawwar.
Di akhir diskusi saudara moderator
merangkum beberapa point terkait dengan diskusi “ Pemberlakukan daerah operasi
militer di Aceh memiliki dampak di dalam penurunan sektor perekonomian dan juga sektor pendidikan masyarakat Aceh, karena sudah seyogiannya generasi ini
dipersiapkan untuk membuat Aceh lebih maju lagi namun dengan adanya pemberlakukan DOM di Aceh
maka membuat cita-cita mereka terabaikan, sebenarnya pihak RI dan GAM bisa
menyelesaikan masalah secara persuasif saja tanpa harus berkonflik terlalu
lama. Ujar Tarmizi (moderator).
0 Komentar