Oleh Munawwar*
Manusia diciptakan oleh Allah begitu sempurna
yang mana manusia memiliki akal, dengan akalnya ini membuat manusia mampu
membedakan yang baik dan buruk, tentunya kita tidak bisa membayangkan seadainya
manusia tidak memiliki akal maka sudah tentu tidak akan ada perbedaan antara
manusia dengan hewan.Dengan adanya akal
ini membuat manusia berpikir akan hakikat keberadaannya di dunia. dengan
memikirkan hal ini membuat manusia menemukan adanya yang menciptakan mereka
yaitu sang khalik atau Tuhan. Dengan mengetahui ini maka menjadikan manusia
sadar bahwa mereka bukan apa-apa.
Mengenal Tuhan inilah yang membuat
manusia sadar bahwa setelah kehidupan didunia maka akan ada kehidupan di
akhirat atau dengan kata lain kehidupan didunia hanya persinggahan semata. Oleh
karena itu membuat manusia akan melakukan apapun agar kehidupan setelah
kehidupan di dunia memperoleh kebahagian (akhirat). Salah satu langkah yang
harus mereka tempuh ialah melaksanakan Ibadah yang berfungsi sebagai media komunikasi
dengan Tuhan . Oleh karenanya membuat manusia ini melakukan apapun yang
diperintah Oleh Allah atau dengan kata
lain melakukan Ibadah agar mengapai kebahagian setelah kehidupan didunia yaitu
kehidupan akhirat.
Ternyata di dalam agama Islam memiliki
tata cara di dalam melaksanakan ibadah ini terutama di dalam ibadah fardhu
(wajib) seperti Sholat di dalam pelaksanaanya di awali dengan niat yang
sempurna maksud sempurna disini ialah dilaksanakan dengan khusyuk atau segala
sesuatu dilakukan karena Allah S.W.T atau fokus bahkan sholat itu baru bisa
dianggap sah apabila diawali oleh niat akan tetapi jika sholat dilakukan tanpa
niat atau hanya dilakukan sebagai formal maka hasil yang di dapat nol faedah
dari sholat yaitu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar tidak akan di dapat
kerena proses atau tata cara dari sholat yang salah dilakukan.
Tidak sampai disitu saja peran niat
begitu dominan bahkan segala sesuatu yang dilakukan harus berlandaskan niat
misalnya bila seseorang memberi sedekah dengan nominal uang yang begitu besar
kepada orang lain dan jika niatnya hanya ingin dilihat oleh orang lain bahwa
orang tersebut sangat dermawan maka hal ini sangat tidak diajarkan didalam
Islam bahkan didalam Hadist Arbain karangan Imam An-Nawawi masalah niat berada
pada hadist pertama yang dicatumnkan olehnya hal ini tentunya menunjukkan
begitu pentingnya niat. Seperti bunyi hadist tersebut antara lain,
Amirul
Mukminin Abi Hafash Umar Khattab ra. Berkata, Aku mendegar Rasulullah S.A.W.
bersabda,
“Sesungguhnya amal perbuatan itu
disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya.
Barangsiapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu
menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan
atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuuju yang ia
inginnkan. Diriwayatkan Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Bardizbah Al-Bukhari.(Sumber buku Terjemah Hadist Arba’in An-Nawawiyah.)
Ada satu kisah yang sangat familiar di
telingga kita tentang seseorang wanita yang menjual diri kepada orang lain
memperoleh Syurga karena satu kebaikan yang ia lakukan dimana pada saat itu ia
memberikan air kepada anjing yang kehausan namun perbuatan ini ia lakukan dengan
niat yang ikhlas maka ia pun memperoleh Syurga. Sebenarnya jika kita telusuri
lagi begitumenarik kisah ini ,dimana jika kita bayangkan seorang wanita yang
menjual dirinya kepada orang lain seberapa kejinya perbuatannya ini dan bagi
orang yang melakukan perbuatan keji tempat yang cocok tidak lain dan tak bukan
ialah neraka dan begitupula dengan anjing yang termasuk najis sehingga harus dijauhi oleh orang Islam.
Sesungguhnya ada pelajaran yang Allah
tunjukkan kepada umat Islam dari kisah di atas agar bisa menjadi bahan renungan
bagi umat Islam dimana sesuatu perbuatan tidak akan nilainya apabila tidak
dilandaskan oleh niat karena Allah S.W.T dan ikhlas. begitu halnya dengan kisah
ini seperti yang telah saya paparkan diatas karena niat yang ikhlas maka wanita
yang perkerjaan sehari-harinya menjual diri kepada orang lain memperoleh
sesuatu yang sudah menjadi tujuan semua manusia yang mempunyai akal yaitu
syurga.
Oleh karena itu sudah sepatutnya manusia
dalam hal ini umat Islam untuk selalu menyertakan niat dalam setiap
perbuatannya agar setiap perbuatan tidak sia-sia dan berkah. Akan tetapi jika
kita lihat kenyataan yang terjadi dimasyarakat sekarang ini banyak kebaikan
yang ia lakukan bukan atas niat yang baik namun atas dasar ingin menampakan diri
atas orang lain.
Dengan demikian harus ada revolusi
pemikiran yang harus kita lakukan agar apapun yang kita lakukan di dunia tidak
sia-sia. Walapun tidak ada satu orang pun yang tahu akan perbuatan yang
dilakukan tersebut karena niat tersebut berasal dari hati seseorang. Hati
tersebut tidak terlihat secara panca indera atau kasat mata akan tetapi Allah
sebagai Tuhan kita Maha tahu akan segala sesuatu yang ada di dunia ini apalagi
berkaitan dengan hati kita maka begitu mudah bagi Allah untuk mengetahui hal
tersebut.
Niat itu bila kita ibarat seperti
pondasi pada sebuah rumah yang mana pondasi ini berguna untuk menompang rumah,
bila pondasinya bagus maka rumah tersebut tentunya akan sangat kokoh ketika
berdiri jikapun terjadi gempa dengan goncangan yang dasyat maka rumah tersebut
tidak akan mengalami retak sedikit pun. tentunya dengan adanya retak ini maka
akan membuat rumah yang tadinya yang berdiri kokoh yang menjadi tidak seimbang
yang akan berdampak kehancuran seluruh struktur dari rumah tersebut atau dengan
kata lain menghancurkan rumah tersebut. Begitulah fungsi niat bagi diri kita,
niat itu pondosi rumah diri kita rumah seperti yang telah saya ceritakan diatas
tadi.
Oleh karenanya mari kita dari sekarang
untuk mulai membenahi niat kita, bila sebelumnya kita tidak memahaminya akan
begitu sakralnya suatu niat maka setelah mengetahuinya untuk segera memperbaiki
niat di setiap langkah kita agar langkah kita memperoleh berkah yang besar
sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan berakhir sia-sia tanpa ada manfaatnya sedikit
pun. Allah lebih menyukai hambanya yang ingin berubah hal ini dapat kita lihat dari
surah Al-Baqarah ayat 37 yang artinya: “Kemudian
Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya lalu Dia pun menerima tobatnya.
Sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang. (Sumber Al-Qur’an Cordova)
Dari ayat ini semakin memperjelas bahwa
Allah sangat menyukai akan perubahan yang dilakukan walaupun sebelumnya
melakukan kesalahan seperti halnya yang dilakukanan oleh Nabi Adam yang
terbujuk rayu oleh Setan yang membuatnya melakukan kesalahan yaitu memakan buah
kuldi yang sebelumnya telah dilarang oleh Allah akan tetapi setelah Nabi Adam
sadar akan perbuatan yang telah dilakukan olehnya dan meminta Tobat maka Allah
pun kembali memanfaatnya. Begitupula yang menimpa kita sebelumnya jika niat
tidak benar yaitu melakukan segala sesuatu tidak karena Allah maka mulai dari
sekarang mari kita untuk memperbaikinya Allah itu Maha Pemaaf .
*Munawwar,
Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unsyiah
0 Komentar